Rabu, 14 November 2012

Bahaya pemakaian earphone / headset bagi telinga dan otak.

Earphone / headset ,siapa sih yang tak tau dengan benda ini ? ,
Earphone biasa di gunakan untuk mendengarkan musik ataupun menelpon ,agar langsung terdengar pada telinga kita.
Bahkan earphone juga sering digunakan untuk menutupi suara bising yang ada di sekitar.

Akan tetapi cara itu salah dan dapat merusak fungsi dari telinga kita.
Untuk informasi selanjutnya ,akan saya jelaskan dibawah ini , chekidot !

Telinga manusia ternyata memiliki
struktur dan fungsi yang luar biasa.
Selain proses menghantarkan bunyi
sehingga kita bisa mendengar, di
dalam telinga juga terdapat proses
untuk mengurangi paparan bising.
Secara otomatis, telinga memiliki
kemampuan untuk meredam suara
yang keras menjadi tidak bermasalah
bagi pendengaran.

Namun, telinga
juga memiliki batas kemampuan
untuk mendengar, sehingga dosis
atau batas berapa lama ia boleh
terpapar bunyi tertentu tidak boleh
melebihi dosis.
Misalnya, untuk bunyi letusan
senapan yang memiliki intensitas
sekitar 110 desibel dan frekuensi yang
cukup tinggi, telinga hanya boleh
terpapar tidak lebih dari 30 detik.
Lebih dari itu, maka risiko terjadinya
penurunan fungsi pendengaran atau
trauma bising akan menjadi lebih
besar.

Intinya, telinga memiliki kemampuan
yang terbatas untuk mendengar suara
pada intensitas tertentu. Semakin
tinggi intensitasnya, telinga hanya
boleh mendengar dalam waktu
singkat. Dosis ini berlaku untuk semua
usia.

Beberapa tempat atau kegiatan
tertentu ternyata juga memiliki
intensitas dan frekuensi bunyi yang
bisa membahayakan pendengaran
jika terlalu lama terpapar.
Bahkan, referensi menunjukkan
bahwa pusat-pusat kebugaran yang
kerap memutar musik dengan volume
tinggi juga menyimpan risiko
terjadinya trauma bising bahkan
ketulian. Profesi sebagai pilot atau
mereka yang bekerja di bandara
berisiko lebih besar. Karena, bising
pesawat terbang memiliki intensitas
yang sangat besar, yaitu 145 desibel.

Coba bandingkan dengan bunyi
letusan senapan di atas.
Kenapa? Jika intensitas suara lebih dari dosis yang diperkenankan, maka akan terjadi gangguan pada rumah siput (choclea), dimana di sini terjadi
proses perubahan energi mekanik
menjadi energi listrik. Sel-sel rambut
getar yang harusnya mentransimi
suara mekanik menjadi rusak.

Bentuk rumah siput kita unik, seperti
bentuk dua setengah lingkaran.
Frekuensi tinggi ada di sebelah kiri,
dan rendah di kanan. Jadi, kebalikan
dari piano. Nah, rambut getar
bertugas mengubah bunyi sesuai
dengan frekuensinya, baik tinggi,
sedang atau rendah.

Lifestyle yang modern juga sangat
berpengaruh terhadap kesehatan
pendengaran. Belum lagi lingkungan
kita yang ternyata penuh dengan
kebisingan.

Sebagai contoh, pusat permainan di
mal-mal yang ternyata sangat bising.
Sebuah penelitian menunjukkan
bahwa bising ruangan di tempat
tersebut berkisar antara 40-60 desibel.
Ini cukup tinggi. Anak yang bermain di
tempat tersebut mempunyai paparan
bising yang besar, sehingga ada risiko
menderita trauma bising atau
gangguan pendengaran akibat bunyi
yang sangat keras (noise-induced
hearing loss).

Demikian juga dengan pemakaian
headset, earphone, MP3 atau MP4
player, dan perangkat pemutar musik
portabel lainnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ketika alat pemutar musik digital yang
disambungkan dengan earphone
diputar pada volume optimal atau
maksimal (intensitas sekitar 100
desibel), telinga hanya boleh terpapar
maksimal 5 menit per hari.

Pada volume 90 persen (90 desibel)
hanya boleh terpapar selama 18
menit. Pada volume 80 persen (80
desibel), hanya boleh 1,2 jam dosis
maksimal per hari. Dan, pada volume
70 persen (70 desibel), hanya boleh
sekitar 4,6 jam maksimal per hari.

Lebih dari itu, risiko terjadinya trauma
bising akan lebih besar. Jadi,
sebaiknya dipakai pada volume
rendah karena akan lebih aman.
Ingat dengan pepatah yang
mengatakan, “if it is too loud you are
too old?” Semakin sering kita mendengar bunyi yang terlalu keras, maka usia kita akan jauh lebih dari usia sesungguhnya karena pendengaran kita terganggu .

Fakta menarik lain adalah orang-
orang dengan trauma bising ternyata
lebih sering mengalami gangguan
pendengaran khususnya pada
frekuensi tinggi.

Gambaran audiometrik rekam
pendengarannya menunjukkan
gambaran takik (notch/penurunan)
pada frekuensi 4000 Hertz. Ini yang
membuat orang awalnya tidak
merasa, karena frekuensi
pembicaraan kita sehari-hari ada di
antara 500 – 2000 Hertz. Sehingga,
ketika mengobrol biasa, rasanya tidak
ada gangguan.

Baru setelah dilakukan
pemeriksaan, diketahui terjadi
penurunan yang tajam pada frekuensi
4000 Hertz. Sebagian besar kasus
gangguan pendengaran akibat bising
ditemukan pada saat medical check
up.

Tentu, jika ini tidak segera ditangani,
penurunan pendengaran akan terjadi
di semua frekuensi, tak hanya pada
frekuensi tinggi 4000 Hertz. Kalau
tadinya hanya di 4000 Hertz, lama-
lama terjadi takik di semua frekuensi
alias tuli.

Tips

Lebih baik kita rajin
membersihkan telinga dari ear wax
agar tidak infeksi.

Dengan mengetahui bahaya
penggunaan headset [earphone]
diatas, mudah-mudahan bisa
menjadi peringatan buat kita agar
tidak terlalu sering menggunakan
headset/earphone .
Lebih baik
langsung pake spiker, kan lebih
puas tuh dengernya. :)

Sekian dan Terimakasih.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar